Rabu, 02 April 2014

PENGUATAN KARAKTER DAN IDEOLOGI KADER SEBAGAI PELAKU GERAKAN DALAM IKATAN DAN PERSYERIKATAN


Oleh: Ismail Syakban






“Baik-buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari baik-buruknya pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan.
Jika pendidikan kader Muhammadiyah sekarang ini baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang akan baik. Sebaliknya apabila jelek, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek.”-Prof. Dr. H. A. Mukti Ali-
“Kader adalah jantungnya organisasi, kaderisasi adalah nafasnya organisasi”
(Prof. Dr. H. Din Syamsuddin –Ketua Umum PP Muhammadiyah)
I.     Pendahuluan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam dan merupakan gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yang berlandasakan kepada Al-Qur’an dan Sunnah, yang mana tujuan dari persyerikatan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai tujuannya itu, Muhammadiyah memiliki organisasi otonom yang ada didalamnya.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang subjek gerakannya adalah Mahasiswa. Konsep Perkaderan yang dilakukan dalam IMM merujuk kepada konsep perkaderan yang dilakukan di Muhammadiyah. Untuk mencapai efektifitas kaderisasi di IMM, maka dibentuklah beragai bidang dan lemabag yang ada dalam IMM tersebut.
Salah satu bidang dan lembaga yang lebih menggarap kepada perkaderan adalah adanya bidang kader dan korps insreuktur pada organisasi IMM tersebut. Bidang kader merupakan salah satu bidang yang menangani tentang konsep perkaderan di Pimpinan Cabanng dan Komisariat yang ada di Cabang tersebut. Kader adalah Jantungnya organisasi sedangkan Kaderisasi adalah nafasnya organisasi. Fungsi kader dalam organisasi adalah sebagai penggerak, pelopor, dan yang akan melanjutkan organisasi dari periode ke periode selanjutnya. Bagaimana perkaderan sekarang akan menentukan keadaan organisasi kedepannya. Oleh karena dirasa wajib untuk melakukan perkaderan disetiap ikatan.

II.  Pembahasan
A.   Pengertian dan Konfigurasi Karakter 
Istilah karakter biasanya dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, dan atau nilai yang berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasipositif.. Sedangkan karakter menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekertiyang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakteradalah  nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar darihasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atausekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisipsikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankanpada unsur pembawaan yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengandemikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter padaseseorang dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor khas yang ada pada orangyang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktorbawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individuuntuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktoryang berada pada jangkauan masyarakat dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan olehmasyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.
Muhammad Nuh menjelaskan bahwa pembentukan karaktermelalui rekayasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui beberap strategi, antara lain: (1)keteladanan, (2) intervensi, (3) pembiasaan yang dilakukan secarakonsisten, dan (4) penguatan. Dengan kata lain perkembangan danpembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yangditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaanterus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten danpenguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Konfigurasi karakter seseorang dalam proses perkembangan dan pembentukannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan (nurture) dan faktorbawaan (nature). Tinjauan teoretis perilaku berkarakter secara psikologismerupakan perwujudan dari potensi Intellegence Quotient (IQ), EmotionalQuentient (EQ), Spritual Quotient (SQ) dan Adverse Quotient (AQ) yangdimiliki oleh seseorang. Sedangkan seseorang yang berkarakter menurutpandangan agama pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: sidiq,amanah, fathonah, dan tablig. Berkarakter menurut teori pendidikan apabilaseseorang memiliki potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang teraktualisasidalam kehidupannya. Adapun menurut teori  sosial, seseorang yangberkarakter mempunyai logika dan rasa dalam menjalin hubungan intrapersonal, dan hubungan interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku seseorang yang berkarakter pada hakekatnya merupakanperwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individumanusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosialkultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, danmasyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

B. Penguatan Ideologi IMM sebagai Kader Muhammadiyah
1. Ideologi Muhammadiyah dan IMM
Ideologi adalah seperangkat konsep sistem nilai yang dijadikan asas yang memberikan arah berpikir dan beraktivitas untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau perkumpulan. Sejauh pemahaman penulis, ideologi juga berarti kumpulan konsep nilai yang terinterpretasi dalam sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh suatu kelompok tertentu. Muatannya adalah keseluruhan sistem berpikir, sistem kepercayaan, praktek-praktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan dan amaliyah suatu organisasi atau kelompok yang dijadikan asas pendapat dimana memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan kelompok atau organisasi tersebut. Jadi, ideologi adalah ide-ide atau nilai-nilai ideal yang diyakini benar sehingga layak digunakan sebagai konsep bertindak dalam mewujudkan tujuan kelompok atau organisasi tertentu.
Ideologi Muhammadiyah sesungguhnya dapat dikaji dari perkembangan pemikiran-pemikiran dalam persyarikatan yang secara empiris terekam jelas pada ide dasar gerakan Muhammadiyah dari awal kelahirannya. Secara konsep termaktub dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. M. Djindar Tamimy bahkan menilai bahwa secara historis kelahiran Muhammadiyah melekat dengan ideologi, yaitu ide dan cita-cita tentang Islam yang menjadi spirit gerakan K.H. Ahmad Dahlan. Adanya Muhammadiyah karena paham keislaman yang diyakini, dipahami dan dijalankan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah merumuskan ideologi sebagai keyakinan hidup yang mencakup pandangan hidup, tujuan hidup dan ajaran atau cara yang digunakan untuk melaksankan pandangan hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut.          
Ideologi IMM adalah Intelektualitas, Humanitas dan religisitas. Yang mana masing-masing dari irdeologi tersebut bergerak sesuai dalam bidangnya masing-masiing. Inteletualitas yang bergerak dalam bidang kemahasiswaan, Humanitas dalam bidang kemasyarakatan dan religiusitas dalam bidang keummatan atau keagamaan. IMM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah memiliki ideologi yang tidak terlalu jauh dengan ideologi Muhammadiyah, tujuan dari IMMpun tidak terlalu jauh dari tujuan yang hendak dicapai oleh Muhammadiyah. Dalam konteks ini jelaslah bahwa Intelektualitas, humanitas dan religiusitas yang sebagai ideologi IMM sebagai perpanjangan tangan Muhammadiyah dalam mencapai tujuan persyerikatan tersebut.
2. Kader dan Fungsi Kader Muhammadiyah
Kader (Perancis: cadre) atau les cadres maksudnya adalah staf inti yang menjadi bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar kepemimpinan. Mereka tergolong orang-orang yang terbaik karena terlatih. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula laskar inti. Daya juang laskar inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang merupakan tiang penyangga dan spirit utama. Jadi, orang-orang yang berkualitas itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi,  taat asas dan berinisiatif, mereka inilah yang dapat disebut sebagai kader.
Fungsi dan kedudukan kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan Muhammadiyah menjadi sangat urgent karena kader dapat dikatakan sebagai penyangga gerak organisasi. Di samping keberadaan kader merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi kepemimpinan,bagi sebuah organisasi regenerasi kepemimpinan akan menjadi baik dan berkelanjutan karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang berkualitas.Muhammadiyah sebagai merupakan organisasi masyarakat harus mampu menyiapkan kader yang dinamis, energik, lebih utama lagi berakhlak mulia  danberdaya saing. Mempersiapkan kader-kader semacam ini dibutuhkan sebuah wadah, yaitu perkaderan. Di dalam Muhammadiyah dikenal istilah Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM). SPM ini merupakan hasil revisi atau tinjauan ulang sistem perkaderan yang dimiliki Muhammadiyah pada Muktamar ke 45 di Malang.
Tujuan program jangka panjang Muhammadiyah (2005–2025) adalah “Tumbuhnya kondisi dan faktor pendukung bagi perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.” Sedangkan dalam konteks Program Nasional Bidang Kaderisasi dinyatakan rencana strategis untuk “Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem perkaderan yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.
Ada tiga kata kunci yang penting bila memperhatikan planing strategis di atas, yaitu: pelaku gerakan, ideologi gerakan Muhammadiyah, dan sistem perkaderan. Pelaku gerakan terdiri dari pemimpin, kader, dan anggota/warga Persyarikatan. Salah satu syarat utama yang wajib dimiliki oleh pelaku gerakan adalah terjaganya ideologi gerakan Muhammadiyah atau keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah. Ideologi gerakan Muhammadiyah ini termasuk materi induk dalam sistem perkaderan Muhammadiyah. Keterkaitan dan kesinambungan dari tiga kata kunci itu menjadi bagian yang strategis untuk kepentingan gerakan Muhammadiyah. Keberadaan kader dan perkaderan yang berkualitas menjadi sesuatu yang tidak bisa ditunda dan ditawar-tawar lagi bagi keberlanjutan gerak dan perjuangan Muhammadiyah hari ini dan di masa depan.
Tujuan program jangka panjang Muhammadiyah ini kemudian oleh Muktamar Muhammadiyah ke- 46 Yogyakarta dirumuskan enam garis besar program bidang perkaderan, sebagai berikut: 
1)        Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek, meliputi materi, pengelolaan, metode, strategi, dan orientasi perkaderan agar lebih relevan dan kompatible dengan kepentingan dan kebutuhan para kader
2)        Meningkatkan kompetensi kader yang meliputi kompetensi akademis dan intelektual, kompetensi keberagamaan, dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna menghadapi tantangan organisasi masa depan
3)        Transformasi kader secara terarah dan kontinyu guna memberi peluang bagi kader dalam mengaktualisasikan potensi dan kompetensinya di Muhammadiyah, serta memperluas akses ke berbagai bidang dan profesi di luar Persyarikatan
4)        Pemberdayaan AMM yang terdiri dari tiga unsur, yaitu anggota organisasi-organisasi otonom angkatan muda Muhammadiyah, anggota keluarga warga Muhammadiyah dan pelajar/mahasiswa serta lulusan lembaga pendidikan Muhammadiyah
5)        Penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah seperti Madrasah Mualllimin/ Muallimat Muhammadiyah, Pondok Hj. Nuriyah Shobron, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah, dan lain-lain dengan pengawasan yang intensif.
6)        Pemantapan dan peningkatan pembinaan ideologi gerakan di kalangan kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan sebagai basis solidaritas dan kekuatan perjuangan dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah.
C.  Penguatan Kompetensi Intelektual dan Ideologi Kader
             Perkaderan umumnya dimaknai sebagai suatu proses dan cara mendidik atau melatih seseorang untuk menjadi kader. Mengingat pentingnya posisi dan peranan kader, Muhammadiyah sejak awal concern terhadap konsep dan sistem perkaderan. Secara formal, perkaderan Muhammadiyah dan Ortomnya disiapkan dengan seperangkat konsep perkaderan sebagai landasan yang dilaksanakan secara berjenjang, mendorong para kader untuk senantiasa memperkuat kompetensi diri dengan bekal ketrampilan dan keahlian sesuai dengan bidang bakat serta minat masing-masing kader.
Secara non-formal, perkaderan dapat juga dilalui melalui terbukanya kesempatan bagi kader untuk mengisi struktur kepemimpinan dalam Persyarikatandi berbagai tingkatan,mendelegasikan kewenangan kepada mereka untuk melaksanakan program aktivitas Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah. Maka mutlak kiranya bagi setiap kader Muhammadiyah tercelup dirinya secara totalitas dalam sibghah (celupan) ideologi Muhammadiyah, setiap kader harus giat dan bersungguh-sungguh mempelajari, memahami, dan mengamalkan ideologi dan prinsip-prinsip persyarikatan. Kader yang tidak memiliki kompetensi terhadap internalisasi pemahaman ideologi persyarikatan, kader tersebut diyakini tidak akan mampu menjaga eksistensinya sebagai kader unggul Muhammadiyah yang pada akhirnya tidak akan mampu menghadapi  dan mengatasi kompleksitas persoalan-persoalan persyarikatan pada masa-masa yang akan datang.
Memperkuatkompetensikader harus menjadisorotan utama persyarikatan, khususnya Majelis Pendidikan Kader (MPK). Hal ini sejak lama sudah menjadi keresahan kolektif di tengah persyarikatan. Karakter kader unggul yang terinternalisasi nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan menjadi sesuatu yang harus menjadi interes MPK dalam memperkuat kompetensi kader. Mukti Ali jauh-jauh hari telah mengingatkan kita: “Muhammadiyah dewasa ini menjadi gerakan yang multi wajah, konsekwensinya perkaderan harus mampu menghasilkan kader yang multi subyek, seperti bidang tarjih, tabligh, keperawatan, kedokteran, pendidikan, pertanahan, kehutanan, kelautan dan masih banyak lagi yang pada ranah historis memang sangat berbeda dengan periode awal yang dicukupkan melaljui Mu’allimin/Mua’llimat.
Penguatan kompetensi kader persyarikatan dilatarbelakangi oleh beberapa faktorempiris bahwa: Pertama, untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi gerakanMuhammadiyah di masa-masamendatang; Kedua, mengingat Muhammadiyah senantiasa berada dalam pusaran kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat dinamis, di samping juga berkembangnyaberagam pemikiran keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang kemudian menjadi tantangan multi kompleks bagi Muhammadiyah.Ketiga,dewasa ini semakin terasa terjadinya deviasi nilai dalam proses pengembangan pemikiran di tengah komunitas Angkatan Muda Muhamaddiyah. Keempat,  untuk menghindari terjadinya stagnasi dan kekosongan generasi penerus yang berkualitas.
Dalam hal ini, menarik mencermati apa yang dikemukakan oleh Anhar Anshori yang merekomendasikan langkah-langkah strategis dalam penguatan perkaderan,antara lain:
1.         Merekonstruksi kurikulum dan silabi perkaderan, kurikulum yang mengacu tercapainya pemahaman yang luas, dan mendalam terhadap ideologi Muhamadiyah. Perlu ada  pengelompokan materi yang jelas, dan berkesinambungan, dan target pencapaian, pada berbagai tingkatan;
2.         Menyusun konsep perkaderan dan operasionalisasi secara simultan (menyeluruh) dan terpadu di lingkungan setiap tingkatan;
3.         Intensifitas program pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya guna kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah dengan kepentingan misi persyarikatan;
4.         Optimalisasi dukungan fasilitas, sarana, prasarana dan donasi untuk pengembangan kualitas kader dan sumber daya insani dilingkungan Muhammadiyah;   
Penguatan intelektual kader menentukan kualitas kader yang akan dihasilkan. Sosok kader yang memiliki reason intelektual yangtajam dan kritis tentunya memiliki kepekaan melihat dan membaca kondisi sosial yang sedang berkembang, tergugah kesadaran nuraninya untuk setiap saat memikirkan kondisi sosial tersebut. Kader unggul adalah kader yang tidak akan pernah diam berpikir dan bergerak untuk merenungkan, mencermati dan menggagas solusi cerdas demi perbaikan kualitas kehidupan. Gerakan penguatan intelektual  tidak akan pernah bertahan jika nilai-nilai ideologi terabaikan, karenanya gerakan penguatan intelektual kader seiring dengan gerakan pemantapan ideologi. Fungsi ideologi merupakan sibghahbagi gerakan intelektual, sebab dengan pranata ideologi, gerakan intelektual menemukan momentum arah, visi misi bahkan menemukan target dan  indikasi. Persinggungan antara aspek intelektual dengan ideologi terletak pada aspek pembelaan pada kepentingan masyarakat.
Kader intelektual Muhammadiyah adalah seorang yang tidak bebas nilai sebab seorang ideolog memiliki landasan misi, nilai dalam berpikir dan bertindak. Kader unggul secara intelektual dan ideologi senantiasa tergugah hati dan pikirannya dalam melihat peradaban manusia yang semakin tergerus, teriris nuraninya melihat kemelaratan, ketidakadilan dan berbagai patologi sosial lainnya. Dengan demikian, kader unggul Muhammadiyah adalah seorang pengemban nilai Islam yang rahmatan lil’alamin. Fungsi intelektual dan ideologi seperti itu dipastikan bahwa kader inti Muhammadiyah tidak akan menempatkan agama dalam lingkaran sakralitas yang untouctable (tidak boleh disentuh) oleh akal budi dan pikiran manusia. Bahwa melihat misi agama  dapat beroperasi secara konkret dalam konteks sosial jika agama disentuh akal budi, pikiran dan kerja keras manusia. Sebab agama membutuhkan kerja-kerja intelektual berbasis ideologis sebelum diimplementasikan dalam tataran praksis.








DAFTAR BACAAN

Anshori, Anhar.Penguatan Kepemimpinan dan Pengaderan Muhamaddiyah Memasuki Abad Kedua,(Yogyakarta: LPSI UAD 2010),
Nashir, Haedar.Muhammadiyah Abad Kedua, (Yogyakarta, Penerbit Suara Muhammadiyah Yogyakarta, 2011).
Marpuji Ali, Memperbincangkan Strategi Pelaksanaan Program Persyarikatan; Program Bidang Perkaderan, makalah DAPINA PP MPK, 2011.
Muhammad Nuh, Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, (Jakarta, Direktorat Ketenagaan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah; Ideologi, Khittah dan Langkah, (Yogyakarta, Penerbit Suara Muhammadiyah, 2010).
Jabrohim. 2010. Muhammadiyah Gerakan Kebudayaan Yang Berkemajuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nashir, Haedar. 2007. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Malang: UMM Press
Zubaedi, 2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat “Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Shabran, Sudarno Dkk. 2004. Tajdid Jurnal Pemikiran dn Gerakan Muhammadiyah. Surakarta: LSI UMS