Oleh: Ismail Syakban
“Baik-buruknya
organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari
baik-buruknya pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan.
Jika pendidikan kader Muhammadiyah sekarang ini
baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang akan baik. Sebaliknya
apabila jelek, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek.”-Prof. Dr. H. A.
Mukti Ali-
“Kader adalah
jantungnya organisasi, kaderisasi adalah nafasnya organisasi”
(Prof. Dr.
H. Din Syamsuddin –Ketua Umum PP Muhammadiyah)
I.
Pendahuluan
Muhammadiyah
adalah organisasi Islam dan merupakan gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
yang berlandasakan kepada Al-Qur’an dan Sunnah, yang mana tujuan dari
persyerikatan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai
tujuannya itu, Muhammadiyah memiliki organisasi otonom yang ada didalamnya.
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang subjek
gerakannya adalah Mahasiswa. Konsep Perkaderan yang dilakukan dalam IMM merujuk
kepada konsep perkaderan yang dilakukan di Muhammadiyah. Untuk mencapai
efektifitas kaderisasi di IMM, maka dibentuklah beragai bidang dan lemabag yang
ada dalam IMM tersebut.
Salah
satu bidang dan lembaga yang lebih menggarap kepada perkaderan adalah adanya
bidang kader dan korps insreuktur pada organisasi IMM tersebut. Bidang kader
merupakan salah satu bidang yang menangani tentang konsep perkaderan di
Pimpinan Cabanng dan Komisariat yang ada di Cabang tersebut. Kader adalah
Jantungnya organisasi sedangkan Kaderisasi adalah nafasnya organisasi. Fungsi
kader dalam organisasi adalah sebagai penggerak, pelopor, dan yang akan
melanjutkan organisasi dari periode ke periode selanjutnya. Bagaimana
perkaderan sekarang akan menentukan keadaan organisasi kedepannya. Oleh karena
dirasa wajib untuk melakukan perkaderan disetiap ikatan.
II. Pembahasan
A.
Pengertian dan
Konfigurasi Karakter
Istilah karakter biasanya dihubungkan dan dipertukarkan
dengan istilah etika, akhlak,
dan atau nilai yang berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasipositif..
Sedangkan karakter menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (2008) merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekertiyang membedakan seseorang dari
yang lain. Dengan demikian karakteradalah
nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar
darihasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang
atausekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah
temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisipsikososial yang
dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter
dilihat dari sudut pandang behaviorial
lebih menekankanpada unsur pembawaan yang dimiliki seseorang sejak lahir.
Dengandemikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter padaseseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor khas yang ada pada orangyang bersangkutan
yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture)
dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktorbawaan boleh
dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individuuntuk
mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktoryang
berada pada jangkauan masyarakat dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau
pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan olehmasyarakat atau individu
sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.
Muhammad Nuh menjelaskan bahwa
pembentukan karaktermelalui rekayasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui
beberap strategi, antara lain: (1)keteladanan, (2) intervensi, (3) pembiasaan
yang dilakukan secarakonsisten, dan (4) penguatan. Dengan kata lain
perkembangan danpembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan
yangditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan,
pembiasaanterus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten
danpenguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Konfigurasi karakter seseorang
dalam proses perkembangan dan pembentukannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor lingkungan (nurture) dan faktorbawaan (nature). Tinjauan
teoretis perilaku berkarakter secara psikologismerupakan perwujudan dari
potensi Intellegence Quotient (IQ), EmotionalQuentient (EQ), Spritual
Quotient (SQ) dan Adverse Quotient (AQ) yangdimiliki oleh seseorang.
Sedangkan seseorang yang berkarakter menurutpandangan agama pada dirinya
terkandung potensi-potensi, yaitu: sidiq,amanah, fathonah, dan tablig.
Berkarakter menurut teori pendidikan apabilaseseorang memiliki potensi
kognitif, afektif, dan psikomotor yang teraktualisasidalam kehidupannya. Adapun menurut teori sosial, seseorang yangberkarakter mempunyai
logika dan rasa dalam menjalin hubungan intrapersonal, dan hubungan
interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku seseorang yang
berkarakter pada hakekatnya merupakanperwujudan fungsi totalitas psikologis
yang mencakup seluruh potensi individumanusia (kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosialkultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, danmasyarakat) dan berlangsung sepanjang
hayat.
B.
Penguatan Ideologi IMM
sebagai Kader Muhammadiyah
1. Ideologi Muhammadiyah dan IMM
Ideologi adalah
seperangkat konsep sistem nilai yang dijadikan asas yang memberikan arah
berpikir dan beraktivitas untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau perkumpulan.
Sejauh pemahaman penulis, ideologi juga berarti kumpulan konsep nilai yang
terinterpretasi dalam sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta
atau kebenaran oleh suatu kelompok tertentu. Muatannya adalah keseluruhan sistem berpikir, sistem kepercayaan, praktek-praktek simbolik yang
berhubungan dengan tindakan dan amaliyah suatu organisasi atau kelompok yang
dijadikan asas pendapat dimana memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
kelompok atau organisasi tersebut. Jadi, ideologi adalah ide-ide atau
nilai-nilai ideal yang diyakini benar sehingga layak digunakan sebagai konsep
bertindak dalam mewujudkan tujuan kelompok atau organisasi tertentu.
Ideologi
Muhammadiyah sesungguhnya dapat dikaji dari perkembangan pemikiran-pemikiran
dalam persyarikatan yang secara empiris terekam jelas pada ide dasar gerakan
Muhammadiyah dari awal kelahirannya. Secara konsep termaktub dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah. M. Djindar Tamimy bahkan menilai bahwa secara historis kelahiran
Muhammadiyah melekat dengan ideologi, yaitu ide dan cita-cita tentang Islam
yang menjadi spirit gerakan K.H. Ahmad Dahlan. Adanya Muhammadiyah karena paham
keislaman yang diyakini, dipahami dan dijalankan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Pimpinan
Pusat Muhammadiyah merumuskan ideologi sebagai keyakinan hidup yang mencakup
pandangan hidup, tujuan hidup dan ajaran atau cara yang digunakan untuk
melaksankan pandangan hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut.
Ideologi IMM adalah
Intelektualitas, Humanitas dan religisitas. Yang mana masing-masing dari
irdeologi tersebut bergerak sesuai dalam bidangnya masing-masiing.
Inteletualitas yang bergerak dalam bidang kemahasiswaan, Humanitas dalam bidang
kemasyarakatan dan religiusitas dalam bidang keummatan atau keagamaan. IMM
sebagai organisasi otonom Muhammadiyah memiliki ideologi yang tidak terlalu
jauh dengan ideologi Muhammadiyah, tujuan dari IMMpun tidak terlalu jauh dari
tujuan yang hendak dicapai oleh Muhammadiyah. Dalam konteks ini jelaslah bahwa
Intelektualitas, humanitas dan religiusitas yang sebagai ideologi IMM sebagai
perpanjangan tangan Muhammadiyah dalam mencapai tujuan persyerikatan tersebut.
2. Kader dan Fungsi Kader Muhammadiyah
Kader (Perancis: cadre)
atau les cadres maksudnya adalah staf inti yang menjadi bagian
terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar
kepemimpinan. Mereka tergolong orang-orang yang terbaik karena terlatih. Kader
bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu
kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader
berarti pula laskar inti. Daya juang laskar inti ini sangat tergantung dari
nilai kadernya yang merupakan tiang penyangga dan spirit utama. Jadi,
orang-orang yang berkualitas itulah yang terpilih dan berpengalaman dalam
berorganisasi, taat asas dan berinisiatif, mereka inilah yang dapat
disebut sebagai kader.
Fungsi dan kedudukan kader
dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan Muhammadiyah menjadi sangat
urgent karena kader dapat dikatakan sebagai penyangga gerak organisasi. Di
samping keberadaan kader merupakan syarat penting bagi berlangsungnya
regenerasi kepemimpinan,bagi sebuah organisasi regenerasi kepemimpinan akan
menjadi baik dan berkelanjutan karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang
berkualitas.Muhammadiyah sebagai merupakan organisasi masyarakat harus mampu
menyiapkan kader yang dinamis, energik, lebih utama lagi berakhlak mulia danberdaya saing. Mempersiapkan kader-kader
semacam ini dibutuhkan sebuah wadah, yaitu perkaderan. Di dalam Muhammadiyah
dikenal istilah Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM). SPM ini merupakan hasil
revisi atau tinjauan ulang sistem perkaderan yang dimiliki Muhammadiyah pada
Muktamar ke 45 di Malang.
Tujuan program jangka
panjang Muhammadiyah (2005–2025) adalah “Tumbuhnya kondisi dan faktor pendukung
bagi perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.” Sedangkan dalam
konteks Program Nasional Bidang Kaderisasi dinyatakan rencana strategis untuk
“Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi
gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem perkaderan yang menyeluruh
dan berorientasi ke masa depan.
Ada
tiga kata kunci yang penting bila memperhatikan planing strategis di atas,
yaitu: pelaku gerakan, ideologi gerakan Muhammadiyah, dan sistem perkaderan. Pelaku gerakan terdiri dari pemimpin, kader, dan anggota/warga
Persyarikatan. Salah satu syarat utama yang wajib dimiliki oleh pelaku gerakan
adalah terjaganya ideologi gerakan Muhammadiyah atau keyakinan dan cita-cita
hidup Muhammadiyah. Ideologi gerakan Muhammadiyah ini termasuk
materi induk dalam sistem perkaderan Muhammadiyah. Keterkaitan dan
kesinambungan dari tiga kata kunci itu menjadi bagian yang strategis untuk
kepentingan gerakan Muhammadiyah. Keberadaan kader dan perkaderan yang
berkualitas menjadi sesuatu yang tidak bisa ditunda dan ditawar-tawar lagi bagi
keberlanjutan gerak dan perjuangan Muhammadiyah hari ini dan di masa depan.
Tujuan program
jangka panjang Muhammadiyah ini kemudian oleh Muktamar Muhammadiyah ke- 46
Yogyakarta dirumuskan enam garis besar program bidang perkaderan, sebagai
berikut:
1)
Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek,
meliputi materi, pengelolaan, metode, strategi, dan orientasi perkaderan
agar lebih relevan dan kompatible dengan kepentingan dan kebutuhan para kader
2)
Meningkatkan kompetensi kader yang meliputi kompetensi akademis dan
intelektual, kompetensi keberagamaan, dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna
menghadapi tantangan organisasi masa depan
3)
Transformasi kader secara terarah dan kontinyu guna memberi peluang
bagi kader dalam mengaktualisasikan potensi dan kompetensinya di Muhammadiyah,
serta memperluas akses ke berbagai bidang dan profesi di luar Persyarikatan
4)
Pemberdayaan AMM yang terdiri dari tiga unsur, yaitu anggota
organisasi-organisasi otonom angkatan muda Muhammadiyah, anggota keluarga warga
Muhammadiyah dan pelajar/mahasiswa serta lulusan lembaga pendidikan
Muhammadiyah
5)
Penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah seperti Madrasah
Mualllimin/ Muallimat Muhammadiyah, Pondok Hj. Nuriyah Shobron, PUTM
(Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), Pondok Pesantren Darul Arqom
Muhammadiyah, dan lain-lain dengan pengawasan yang intensif.
6)
Pemantapan dan peningkatan pembinaan ideologi gerakan di kalangan
kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan sebagai basis solidaritas dan
kekuatan perjuangan dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah.
C. Penguatan Kompetensi Intelektual dan Ideologi
Kader
Perkaderan umumnya dimaknai sebagai suatu proses dan cara mendidik atau
melatih seseorang untuk menjadi kader. Mengingat pentingnya posisi dan peranan
kader, Muhammadiyah sejak awal concern terhadap konsep dan sistem perkaderan.
Secara formal, perkaderan Muhammadiyah dan Ortomnya disiapkan dengan seperangkat
konsep perkaderan sebagai landasan yang dilaksanakan secara berjenjang,
mendorong para kader untuk senantiasa memperkuat kompetensi diri dengan bekal
ketrampilan dan keahlian sesuai dengan bidang bakat serta minat masing-masing
kader.
Secara non-formal, perkaderan dapat juga dilalui melalui terbukanya
kesempatan bagi kader untuk mengisi struktur kepemimpinan
dalam Persyarikatandi berbagai tingkatan,mendelegasikan
kewenangan kepada mereka untuk melaksanakan program aktivitas Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah. Maka mutlak kiranya bagi
setiap kader Muhammadiyah tercelup
dirinya secara totalitas dalam sibghah
(celupan) ideologi Muhammadiyah, setiap kader harus giat dan bersungguh-sungguh mempelajari, memahami, dan
mengamalkan ideologi dan prinsip-prinsip persyarikatan. Kader yang tidak memiliki kompetensi
terhadap internalisasi pemahaman ideologi persyarikatan, kader tersebut diyakini tidak akan mampu menjaga eksistensinya sebagai kader unggul Muhammadiyah yang pada akhirnya
tidak akan mampu
menghadapi dan mengatasi kompleksitas persoalan-persoalan persyarikatan pada masa-masa yang akan datang.
Memperkuatkompetensikader harus menjadisorotan utama persyarikatan,
khususnya Majelis Pendidikan Kader (MPK). Hal ini sejak lama sudah menjadi
keresahan kolektif di tengah persyarikatan. Karakter kader unggul yang
terinternalisasi nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan menjadi sesuatu
yang harus menjadi interes MPK dalam memperkuat kompetensi kader. Mukti Ali
jauh-jauh hari telah mengingatkan kita: “Muhammadiyah dewasa ini menjadi
gerakan yang multi wajah, konsekwensinya perkaderan harus mampu menghasilkan
kader yang multi subyek, seperti bidang tarjih, tabligh, keperawatan,
kedokteran, pendidikan, pertanahan, kehutanan, kelautan dan masih banyak lagi
yang pada ranah historis memang sangat berbeda dengan periode awal yang
dicukupkan melaljui Mu’allimin/Mua’llimat.
Penguatan kompetensi kader
persyarikatan dilatarbelakangi oleh
beberapa faktorempiris bahwa: Pertama, untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
gerakanMuhammadiyah di masa-masamendatang; Kedua, mengingat Muhammadiyah senantiasa berada dalam pusaran
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat dinamis, di samping juga berkembangnyaberagam pemikiran keagamaan,
pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang kemudian menjadi tantangan multi kompleks bagi Muhammadiyah.Ketiga,dewasa ini semakin terasa terjadinya deviasi nilai dalam proses pengembangan
pemikiran di tengah komunitas Angkatan Muda Muhamaddiyah. Keempat, untuk menghindari
terjadinya stagnasi dan kekosongan generasi penerus yang berkualitas.
Dalam
hal ini, menarik mencermati apa yang dikemukakan oleh Anhar Anshori yang
merekomendasikan langkah-langkah strategis dalam
penguatan perkaderan,antara lain:
1.
Merekonstruksi kurikulum dan silabi perkaderan, kurikulum yang mengacu
tercapainya pemahaman yang luas, dan mendalam terhadap ideologi Muhamadiyah.
Perlu ada pengelompokan materi yang jelas, dan berkesinambungan, dan target pencapaian, pada
berbagai tingkatan;
2.
Menyusun konsep perkaderan dan operasionalisasi secara simultan
(menyeluruh) dan terpadu di lingkungan setiap tingkatan;
3.
Intensifitas program pendataan kader dan
aspek-aspek yang terkait lainnya guna kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah dengan kepentingan
misi persyarikatan;
4.
Optimalisasi dukungan fasilitas,
sarana, prasarana dan donasi untuk pengembangan kualitas kader dan sumber daya insani dilingkungan Muhammadiyah;
Penguatan
intelektual kader menentukan kualitas kader yang akan
dihasilkan. Sosok kader yang
memiliki reason intelektual yangtajam
dan kritis tentunya memiliki kepekaan melihat dan membaca kondisi sosial yang
sedang berkembang, tergugah kesadaran nuraninya untuk setiap saat memikirkan
kondisi sosial tersebut. Kader unggul adalah kader yang tidak akan pernah diam
berpikir dan bergerak untuk merenungkan, mencermati dan menggagas solusi cerdas
demi perbaikan kualitas kehidupan. Gerakan penguatan intelektual tidak
akan pernah bertahan jika nilai-nilai ideologi terabaikan, karenanya gerakan penguatan
intelektual kader seiring dengan gerakan pemantapan ideologi. Fungsi ideologi
merupakan sibghahbagi gerakan intelektual,
sebab dengan pranata ideologi, gerakan intelektual menemukan momentum arah,
visi misi bahkan menemukan target dan indikasi. Persinggungan antara aspek intelektual
dengan ideologi terletak pada aspek pembelaan pada kepentingan masyarakat.
Kader
intelektual Muhammadiyah adalah seorang yang tidak bebas nilai sebab seorang ideolog memiliki landasan misi, nilai dalam berpikir dan bertindak. Kader unggul secara
intelektual dan ideologi senantiasa tergugah hati
dan pikirannya dalam melihat peradaban manusia yang semakin tergerus, teriris nuraninya melihat kemelaratan, ketidakadilan dan berbagai patologi sosial lainnya. Dengan demikian, kader unggul Muhammadiyah adalah
seorang pengemban nilai Islam yang rahmatan
lil’alamin. Fungsi intelektual dan ideologi seperti itu dipastikan bahwa
kader inti Muhammadiyah tidak akan menempatkan agama dalam lingkaran sakralitas
yang untouctable (tidak boleh
disentuh) oleh akal budi dan pikiran manusia. Bahwa melihat misi agama dapat
beroperasi secara konkret dalam konteks sosial jika agama disentuh akal budi,
pikiran dan kerja keras manusia. Sebab agama membutuhkan kerja-kerja
intelektual berbasis ideologis sebelum diimplementasikan dalam tataran praksis.
DAFTAR BACAAN
Anshori, Anhar.Penguatan
Kepemimpinan dan Pengaderan Muhamaddiyah Memasuki Abad Kedua,(Yogyakarta: LPSI UAD 2010),
Nashir, Haedar.Muhammadiyah Abad Kedua, (Yogyakarta,
Penerbit Suara Muhammadiyah Yogyakarta, 2011).
Marpuji Ali, Memperbincangkan Strategi Pelaksanaan
Program Persyarikatan; Program Bidang Perkaderan, makalah DAPINA PP MPK,
2011.
Muhammad Nuh, Kerangka
Acuan Pendidikan Karakter, (Jakarta, Direktorat Ketenagaan Dirjen
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010
Majelis Pendidikan Kader PP
Muhammadiyah, Manhaj Gerakan
Muhammadiyah; Ideologi, Khittah dan Langkah, (Yogyakarta, Penerbit Suara
Muhammadiyah, 2010).
Jabrohim. 2010. Muhammadiyah Gerakan Kebudayaan Yang Berkemajuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nashir, Haedar. 2007. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah.
Malang: UMM Press
Zubaedi, 2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat “Upaya Menawarkan Solusi
Terhadap Berbagai Problem Sosial”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Shabran, Sudarno Dkk. 2004. Tajdid Jurnal Pemikiran dn Gerakan
Muhammadiyah. Surakarta: LSI UMS